My Liberation Notes, Memaknai Arti Pembebasan dalam Hidup

My Liberation Notes, Memaknai Arti Pembebasan dalam Hidup

Pernah nggak merasa ada beban di pundak yang terlepas begitu saja ketika kita melakukan perubahan besar? Aku pernah banget mengalaminya, saat akhirnya resign dari tempat kerjaku yang terakhir. Padahal kalo dilihat-lihat, pekerjaanku adalah pekerjaan yang mentereng dan didambakan banyak orang. Tapi nyatanya aku malah sangat plong dan bahagia ketika sudah resign.

Lingkungan kerja yang toxic dan saling sikut, jam kerja yang semakin ke sini tidak fit sama situasiku sebagai seorang istri, beban kerja yang timpang dengan gaji, dan tekanan besar yang nggak diimbangi sama fasilitas dari kantor bikin aku memilih untuk melakukan pembebasan pada diri sendiri. Meskipun banyak orang yang bilang menyayangkan atau mencemooh karena aku akhirnya menyandang gelar pengangguran, tapi hidupku justru lebih bahagia.

Tiap orang punya jalan pembebasannya sendiri, aku yakin itu. Meskipun bisa jadi harus melepas apa yang dia dambakan atau nyaman selama ini. Yang aku alami ini kurang lebih sama dengan karakter-karakter di drama slice of life ini, My Liberation Notes.

Sinopsis My Liberation Notes

Drama: My Liberation Notes (English title) / My Liberation Diary (literal title)
Revised romanization: Naui Haebangilji
Hangul: 나의 해방일지
Director: Kim Suk-Yoon
Writer: Park Hae-Young
Network: JTBC
Episodes: 16
Release Date: April 9 – May 29, 2022
Runtime: Saturday & Sunday 22:30
Language: Korean
Country: South Korea

Drama ini bercerita tentang kehidupan 3 kakak beradik yang tinggal di sebuah desa bernama Sanpo dan seorang pemuda misterius yang selalu mabuk setiap hari.

Yeom Gi Jeong yang merupakan anak pertama memiliki pemikiran yang frontal. Dia nggak segan-segan untuk bersikap frontal pada orang yang nggak disukainya. Namun, di balik sikapnya itu dia ternyata hopeless karena di usia yang sudah cukup tua, hidupnya hampa. Gi Jeong pengen sekali punya pacar atau orang yang dikasihi. Ia juga pengen punya kisah cinta yang sempurna, kisah cinta yang diibaratkan kayak di drama. Saking hopelessnya bahkan dia mau menggunduli rambut kalau belum juga punya pacar saat musim dingin.

Yeom Chang Hee adalah anak tengah yang sangat cerewet. Ia tidak punya mimpi dan merasa hidupnya sangat datar. Chang Hee ingin sekali keluar meninggalkan Sanpo dan tinggal di Seoul layaknya orang-orang kantoran lainnya. Ia juga ingin punya mobil agar bisa pulang-pergi kantor dengan bebas. Menurut Chang Hee, kehidupannya yang sekarang sangatlah kuno dan menyebabkan kesialannya khususnya dalam hal percintaan.

Yeom Mi Jeong adalah anak terakhir yang sangat pendiam. Tidak hanya pendiam, Mi Jeong juga sangat tertutup kepribadiannya. Menurutnya, hidup Mi Jeong membosankan dan orang-orang di sekelilingnya memuakkan. Ia ingin membebaskan diri dari hidup yang membosankan hingga akhirnya secara random meminta Pak Gu, seorang pria pemabuk misterius untuk menjadi kekasihnya.

Pak Gu adalah seorang pria misterius yang datang ke Sanpo dan tinggal sendirian. Sehari-hari ia bekerja di pabrik pembuatan wastafel milik keluarga Yeom. Ia adalah seorang pemabuk yang gemar minum alkohol sambil melihat gunung. Suatu hari putri ketiga keluarga Yeom memintanya untuk memacarinya. Sejak itu pula, kehidupan Gu sebagai pemabuk perlahan berubah.

Sama halnya dengan keinginan yang didamba setiap orang, keempat tokoh ini juga menginginkan sebuah pembebasan atas dirinya dan kehidupannya kini. Lalu bisakah mereka mendapatkan pembebasannya masing-masing?

Review A Liberation Notes

Jujur ya, pertama nonton drama ini vibes yang kerasa tuh suram banget. Coloring warnanya tuh kusam. Trus fashion para karakternya juga rada kuno padahal latar ceritanya bukan yang zaman dulu banget. Makanya episode-episode awal aku kurang tertarik sama cerita dari dramanya. Aku nonton drama ini hanya gegara ada Lee Min Ki aja.

Menurut yang aku baca, penulis drama ini adalah penulis drama My Mister yang mana itu katanya drama bagus buanget. Bahkan menang Baeksang dan dipuji sama Paulo Coelho. Aku sih belum nonton My Mister. Tapi katanya ya sama-sama suram vibesnya.

Dan benar aja, drama ini juga suram tapi kadang masih ada humornya dikit. Thanks to karakter Chang Hee. Mungkin kalau nggak ada karakter Chang Hee, di mataku drama ini benar-benar suram dan membosankan.

Satu hal unik yang terlihat di drama ini adalah penuh kiasan. Pernah baca atau dengar lirik lagu ´Amin Paling Serius´-nya Nadine Amizah & Sal Priadi? Nah, kayak gitu.

Banyak kata-kata kiasan yang kalau dicerna sama otak aku yang pas-pasan ini suka bingung ngartiinnya. Kayak, biasanya kalau kita nembak orang kan´I love you´ atau ´Mau nggak jadi pacarku?´ nah di sini tuh nggak. Kata-kata cintanya ´Pujalah aku´. Makanya pasangan Mi Jeong-Pak Gu dikenal dengan julukan Chuang/Worship Couple karena kata-kata ´memuja´ itu. Kata-kata yang kayaknya nggak pernah kepikiran di benak kita.

Itu baru 1 kata kiasan. Masih banyak kata-kata lain yang jadi kiasan kayak ´Aku ingin membotaki rambutku´, kata-kata yang jadi andalan Gi Jeong saat belum juga punya pacar padahal udah mau musim dingin atau ´Áku ingin menggendongmu saat berusia satu tahun´ ketika Mi Jeong melarang Pak Gu pergi dari Sanpo. Coba kalau diartikan bulat-bulat dengan scene dramanya, bakalan nggak nyambung. Soalnya kata-katanya tuh kiasan.

Kalau biasanya kita disajikan sama drama Korea yang penuh dengan warna-warni dan kehidupan yang melebihi ekspektasi alias susah digapai, di drama ini kita akan diperlihatkan kehidupan 3 kakak beradik yang sangat struggle dan jauh dari bayangan kehidupan Korea Selatan yang glamour.

Lha gimana, mereka tinggal di desa, iya desa bukan lagi pinggiran kota, yang jauh dari Seoul. Untuk ke kantor, mereka harus menempuh 1,5 jam perjalanan dengan total bolak-balik rumah-kantor jadi 3 jam setiap hari. Mereka harus berangkat pagi-pagi, jalan kaki dulu, naik angkot, trus nyambung naik kereta, dan melewati puluhan stasiun untuk sampai ke tempat kerja.

Kalau di Indonesia, khususnya Jakarta, bisa kita ibaratkan mungkin kerja di kawasan tengah kota Sudirman, Thamrin, atau Medan Merdeka tapi rumahnya di Parung, Bogor, atau Cikarang yang jauh dari tempat kerja. Tapi kalau di Jakarta sih wajar aja karena sepertinya separuh dari pekerja di Jakarta berasal dari daerah penyangga.

Dan lagi, Parung, Bogor, atau Cikarang juga daerahnya udah ´kota´ banget dan ramai. Di tempat-tempat tersebut pembangunan dan fasilitasnya udah cukup maju. Beda sama Sanpo ini kayaknya desa banget. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya berjauhan. Trus teman sekolah ya tetangga, begitu pula sebaliknya. Ini mah kayak di desanya suami aku yang kampung banget di tengah sawah di Jawa Tengah sana.

Ada 4 karakter yang menonjol di sini yaitu Yeom sibling dan Pak Gu. Keluarga Yeom ini keluarga yang jauh dari hangat. Ayahnya pendiem banget sedangkan ibunya tipikal ibu yang selalu berusaha menengahi dan meminta anaknya buat ngalah aja dari bapaknya. Kesel juga lihat tipikal keluarga kayak gini. Yah, mungkin aku can´t relate aja sih kayaknya. Walaupun dulu orang tuaku ngeselin, tapi tetap aja di rumah kami masih dapat ´guyuran´ cinta kayak pelukan, cium, atau panggilan ´Iya, sayang´ ke anak.

Orang tuanya Yeom sibling ini juga tipikal orang tua yang menurutku lho ya, kurang ngerti perasaan anak. Lha gimana Senin-Jumat anaknya dah capek kerja bolak-balik Sanpo-Seoul, hari libur yang pastinya pengen buat gogoleran sampe siang malah disuruh buat bantuin kerja di ladang. Bagi sebagian orang mungkin biasa aja, tapi aku kurang relate karena orang tuaku tipikal yang bebasin hari libur kerja anaknya buat istirahat.

Hmm, well aku tahu Pak dan Bu Yeom jauh di lubuk hatinya sayang banget sama anak mereka hanya saja susah mengungkapkan. But, setelah jadi orang tua dan belajar banyak soal parenting, kasih sayang di lubuk hati saja nggak cukup. Anak harus diperhatikan, dipenuhi bahasa cintanya, diapresiasi, dan ditanya gimana perasaannya hari ini.

Well, tapi nggak semua orang tua dan keluarga paham itu. Ada banget kok tipikal orang tua yang ´yang penting materi tercukupi, banting tulang dengan keras, perasaan dan emosi anak nomer sekian´. Ada kok, coba lihat di sekitar kita. Pasti banyak.

Yeom Gi Jeong di anak tertua adalah karakter yang awalnya aku paling nggak suka. Jujur, aku sebal sama karakter yang suka mengeluh dan menggerutu. Nah, Gi Jeong nih kayak begini. Di awal dia pengen punya pacar tapi nggak mau yang duda beranak ABG karena akan ngeribetin. Eh ternyata dia ketulah omongannya sendiri.

Gi Jeong nih karena udah mau masuk usia-usia 40-an jadi galau kalau nggak punya pacar. Dia juga yang paling rebel di rumah karena saat adik-adiknya pada bantuin di ladang, eh dia malah ngeriting rambut ke salon. Kupikir karakter Gi Jeong ini juga akan slebor soal pekerjaan dilihat dari penampilan dan wataknya. Eh ternyata dia profesional lho dan kalau nggak salah Gi Jeong nih ´timjamning´ alias ketua tim.

Aku suka character development-nya Gi Jeong. Dia dari orang yang ketus dan nggak simpatik, berubah jadi orang yang lembut dan kalau ngomong dipikir dulu setelah akhirnya berhadapan sama keluarga pacarnya yang amat complicated. Aku juga suka perubahan penampilannya, dari yang rambut keriting kesannya acak-acakan jadi rambut lurus dan perilakunya manis.

Gi Jeong yang pengen kisah cinta romantis idealis kayak di novel-novel ini nyatanya malah nggak terwujud sama sekali. Dia masih ngarep bisa lekas menikah dan happily ever after sama pacarnya, tapi kehalang anak sang pacar. So, Gi Jeong yang selama pacaran sama duda mengalami up and down ini pun akhirnya menemukan pembebasannya sendiri. Ia akhirnya legowo dan menerima dengan kisah cinta yang sedang dijalaninya kini. Dan itu membuat hidupnya lebih enteng.

Btw, ini kali pertama aku lihat aktingnya Lee El di drama. Kalau lihat wajahnya, kadang suka salfok karena mirip Hesty Purwadinata, wkwk. Tapi kalau udah akting nangis apalagi pas ibunya meninggal. Nangisnya dia kalau kata ibuku ´mesesegen´ alias terisak-isak tapi pedih banget terutama yang dia lagi nyuci baju.

Yeom Chang Hee adalah karakter favoritku di sini. Dia tuh pemuda yang secara penampilan nggak menonjol atau bisa dibilang kuno. Secara pekerjaan, di usianya yang ke 35, Chang Hee juga B aja alias cuma staf biasa. Dia nggak punya cita-cita yang tinggi soal karir dan kehidupan layaknya laki-laki. Keinginan terbesarnya hanya pindah ke Seoul.

Mungkin banyak pria yang relate sama Chang Hee, kerja udah keras tapi masih di situ-situ aja. Kayaknya ya udah totalitas, tapi giliran naik jabatan gagal. Trus di usianya yang 30-an lebih, Chang Hee ini belum financial freedom secara harfiah. Dia kerja, bergaji, tapi gajinya dipegang emaknya dan nggak ngerti diapakan sama ibunya. Dia pengen apa juga nggak bisa karena gaji dipegang sama ibunya. Jadi walaupun kerja, dia nggak bebas mau bebelian.

Tapi Chang Hee ini walaupun cerewet dan sukanya nggedebus, kadang omongannya ada benarnya. Apalagi kalau soal falsafah hidup. Mungkin itulah juga yang bikin dia selalu ditempatkan di posisi orang yang ada di terakhir hidup orang lain khususnya orang-orang terdekatnya. Makanya pas eommanya meninggal, dia yang pertama kali mergokin. Dia juga yang nggak segan bilang sayang ke ayahnya padahal mah Pak Yeom boro-boro bilang sayang ke Chang Hee.

Chang Hee melihat hidupnya sendiri meaningless, itu sebabnya aku kadang lihat dia tuh kayak pria hopeless. Tapi sebenarnya, Chang Hee tuh anak yang kurang siraman kasih sayang dari orang tuanya. Sedih banget akutu pas lihat dia habis resign dari kerja tapi malah dimarahin eoma sama appanya *peluk Chang Hee*. Aku pengen nangis pas scene dia dimarahin ini.

Padahal dia bilang cuma pengen istirahat sebentar dari 8 tahun penatnya pekerjaan dia. Dia cuma pengen disemangati dan diapresiasi orang tuanya dengan kata-kata ¨Kamu sudah bekerja keras, beristirahatlah¨ kayak kalau appanya perhatian ke Pak Gu. Emang ya, orang tua tuh kadang mengerti banget orang lain tapi nggak dengan anaknya. Semoga aku nggak jadi orang tua yang begitu.

Awalnya, kukira Chang Hee ini saudara yang cuek sama kakak-adiknya karena atmosfer keluarga mereka kan emang dingin. Tapi ternyata enggak. Walaupun suka menggerutu dan ngomongin kakaknya di belakang, tapi ketika dimintai tolong sesuatu yang absurd sama Gi Jeong ya tetep dilakuin, wkwk. Chang Hee adalah pemberi warna di drama ini. Sungguh, karakter dan scene-scene dia tuh kadang bikin ngakak tengah malam.

Btw, di sini love line Chang Hee ini mbingungin sih menurutku. Pertama dia diputusin sama pacarnya karena dibilang pria kuno. Selanjutnya kukira dia akan pacaran sama teman kerjanya yang minum bareng di bar, Areum si musuh bebuyutannya, atau Hyeon Ah yang emang udah akrab dari kecil lalu happily ever after. Ternyata dugaanku meleset dari perkiraan.

Tapi pembebasan ala Chang Hee ini yang paling kelihatan sih. Semua ekspektasinya terpenuhi. Dia bisa tinggal di Seoul. Dia juga berhasil jadi sajangnim dan punya minimarket sendiri walaupun katanya membosankan. Trus dia juga akhirnya punya otoritas mengatur keuangannya sendiri dari pinjam bank, bayar utang, sampai akhirnya dapat uang banyak dari kelola minimarket. Chang Hee walaupun nggak punya impian, tapi berhasil mewujudkan sesuatu yang besar untuk dirinya.

Btw, ini adalah kali kesekian aku lihat akting Lee Min Ki karena emang jatuh cinta sama dia sejak di Because This is My First Life. Di banyak drama, Lee Min Ki ini dikenal dengan robotic character alias kanebo kering alias kaku. Tapi di drama ini dia berhasil keluar dari stereotype itu. Karakternya betul-betul beda dari yang sebelumnya. Salut sih aku sama Min Ki, mau keluar dari zona nyaman karakternya. Udah gitu mimiknya beneran ndeso banget. Worth it lah buat masuk nominasi Baeksang.

Yeom Mi Jeong (Kim Ji Won) adalah anak terakhir keluarga Yeom yang sangat introvert. Banyak yang bilang relate sama karakter Mi Jeong, tapi sayangnya aku nggak. Aku nggak bisa setenang dan pendiam Mi Jeong saat ditindas sama atasan. Aku juga nggak bisa sekalem Mi Jeong saat orang-orang sekitar menggunjingkanku termasuk teman-teman sekantor. Dan aku nggak bisa setahan Mi Jeong yang nggak punya teman akrab bahkan di lingkungan kantornya sendiri.

Dari dulu setiap kerja aku selalu punya teman akrab soale, yang sampai sobby banget gitu. Meskipun lingkungan kerja dan atasannya toxic, tapi teman-teman kerjaku tetap asyik. Itulah yang bikin aku bertahan di beberapa tempat kerja meski gajinya kecil atau pekerjaannya overload. Dan pertemanan ini pun bertahan bahkan hingga aku udah resign.

Tapi aku juga nggak bisa seberani Mi Jeong yang bisa bilang ke laki-laki ´Hey, jadi pacarku donk!´. Yang ada aku cuma bisa kasih kode-kode buat nembak. Tapi Mi Jeong percaya diri banget dan dapet jackpot Pak Gu meskipun ´nembak´-nya juga karena hopeless.

Cuma aku tuh geregetan aja sama karakter Mi Jeong. Lebih ke nggak relate aja sih. Kek kurang sat set, cak cek. Sama mau-mau aja disuruh apa termasuk dibodo-bodoin mantan pacarnya buat jadiin namanya saat pinjam uang di bank. Trus diomongin di belakang sama teman-temannya tapi dia diam aja. Kalo aku kayak gitu sih udah pasti bereaksi apapun itu reaksinya. Nggak bisa tetap sekalem Mi Jeong.

Pembebasan ala Mi Jeong juga hampir sama dengan yang pernah kualami. Dia mending kerja di perusahaan yang kecil tapi karirnya bisa naik dengan baik dan lingkungan kerjanya supportif. Dia rela meninggalkan perusahaan besar karena teman-teman sampai atasannya toxic. Tapi dia tetap bisa keep in touch sama Klub Pembebasannya, klub yang dia bikin sama 2 orang lainnya gegara mereka nggak ngikut satu pun klub di kantor.

Btw, aku juga baru tahu lho ada klub-klub-an gini di dunia perkantoran Korea. Bahkan punya prestise sendiri. Semacam ekskul kali ya kalo di sekolah. Dulu di kantorku juga ada sih kegiatan luar kantor kayak yoga, diving, atau olahraga lainnya. Tapi ya bebas aja mau ikut apa nggak. Kalo ini kan harus banget ikut. Kalo nggak ikut sampai dipanggil HRD.

Btw, ini adalah first time aku lihat aktingnya Kim Ji Won sampai drama selesai. Pernah sih lihat sekali tapi nggak sampai selesai drama di Lovestruck in The City yang sama Ji Chang Wook. Di LITC, Kim Ji Won jadi cewek yang cheerful dan agresif, tapi di sini dia sukses bikin geregetan saking introvertnya. Trus aktingnya juga sukses buat membawakan peran cewek cantik tapi nggak menarik. Suka denger kan orang bilang ¨Dia cantik sih tapi nggak ada auranya¨. Nah, pas awal-awal, Yeom Mi Jeong tuh digambarkan sebagai cewek yang kek gini.

Pak Gu (Son Suk Ku) yang akhirnya diketahui bernama panjang Gu Ja Gyeong adalah sosok yang digambarkan misterius dalam drama ini. Dialognya minim banget, apalagi pas episode 1 kalo nggak salah dia cuma bilang 1 kata doang dialognya. Kebanyakan main di ekspresi khususnya ekspresi mabok, haha.

Sebenarnya karena drama ini bergenre slice of life, aku expect karakter Pak Gu yang misterius ini aslinya ya bukan somebody. Jadi dia sama Mi Jeong ya sama-sama orang biasa gitu, bukan seorang yang punya kuasa tinggi atau harta banyak. Jadi mereka benar-benar dari basic orang biasa yang sama-sama menemukan pembebasan dalam hidup.

Banyak yang ter-Pak Gu-Pak Gu pas lihat drama ini karena orangnya dinilai talk less do more, sat set sat set tanpa banyak omong. Tapi lagi-lagi ya aku can´t relate. Karena bahasa cintaku word of affirmation, aku lebih suka laki-laki yang banyak berbicara, mengapresiasi, enak diajak diskusi, dan fleksibel. Kalau Pak Gu ini kan lebih ke act service, ngemanjain banget Mi Jeong dengan tindakan-tindakan kecil yang sweet tapi orangnya terlalu pendiam. Kek kebanyakan masalah hidup, padahal sih iya.

Makanya pas Pak Gu pindah ke Seoul dan ketemu Mi Jeong lagi, baru di sini aku senyum-senyum sendiri. Dia jadi lebih sweet dan nggak banyak murung. Trus dari yang biasanya minim banget skinship jadi peluk-peluk Mi Jeong. Jadi lovely banget deh.

Btw, ini kali kedua aku nonton dramanya Son Suk Ku. Aku pernah nonton dia di Designated Survivor: 60 Days sebagai Pak Cha ternyata. Antara lupa dan terlihat beda banget, aku baru ngeh kalo Pak Gu ini yang jadi sekretaris presiden. Vibesnya beda banget. Di sini karakternya pendiam dan murung. Sedangkan pas jadi Pak Cha karakternya reaktif dan lebih ceria. Ya maklum lah, pas itu kan dia pejabat negara itungannya. Di sini style-nya juga buluk banget, sementara pas di DS:60D, setiap hari pakainya suit lengkap dari kemeja, dasi, sampai jas.

Jangan harap banyak adegan yang superklimaks di drama ini karena emang genrenya slice of life. Malah aku ngeliatnya kayak film dokumenter. Yang bikin hidup drama ya cuma Chang Hee dan scene-scene-nya dia. Kalian juga jangan berharap adegan percintaannya penuh dengan romansa karena relationship yang ditampilkan di sini tuh tipis-tipis plus semiosis banget. Pemaknaan sesudah nonton bisa multitafsir.

Btw, dari semua pembebasan yang diperoleh karakternya yang paling menyesakkan adalah pembebasan eomma Yeom. Eomma Yeom ini adalah perwakilan dari banyak kaum ibu yang banyak ngebatin, capek lahir batin, dan saat masih ada kehadirannya seperti dipandang sebelah mata. Poor eomma Yeom.

Kalo kalian penggemar drama slice of life, drama ini harus dinikmati. Tapi buat kalian yang otaknya pas-pasan banget kayak aku, better menikmati dramanya pelan-pelan. Kalo bisa sambil ditonton berulang-ulang biar dapat makna sesungguhnya. Kalo aku malah sambil lihat review dan spoilernya di akun-akun KDrama biar dapat banyak perspektif dan bisa memaknai drama dengan lebih dalam.

0 Comments
Previous Post
Next Post