Hallo!
Lama banget aku nggak nulis di blog ini. Terakhir kulihat tulisan di-post awal tahun ini. Bukan tanpa alasan sih, karena emang aku sibuk banget di dunia nyata. Sejak awal tahun sampai bulan puasa kemarin, Aqsa, anakku, sakit batuk yang tak kunjung sembuh. Diagnosisnya sampai ganti-ganti, setiap bulan kami ke dokter, dan badannya sampai kurus karena turun beratnya. Di saat terparahnya, dia bisa muntah every single day sampai aku stres banget. Setiap hari bergelut dengan muntahan bisa sampai 5 kali. Rasanya pengen teriak karena lelah dan nangis karena sedih anak sakit.
Dunia rasanya kek goyang. Ibu adalah orang yang paling terguncang kalau anak sakit. Makan juga jadi nggak nafsu, tapi tetap harus sehat karena kalau sakit bisa runyam. Belum lagi dikejar pekerjaan rumah yang nggak ada habisnya plus alhamdulillah sesekali mengerjakan rezeki kerjaan yang masih ada. Kadang pas lagi capek banget dan nggak ada bahu bersandar, raga udah kayak melayang.
Begitulah dunia perempuan setelah menikah dan punya anak memang. Diri sendiri di nomer sekiankan karena yang terpenting adalah anak dan keluarga. Sampai akhirnya kehilangan jati diri. Ingat nggak kapan terakhir kali dipanggil nama sendiri? Karena biasanya dipanggil Bu (Nama Suami) atau Mama (Nama Anak). Sama seperti di drakor yang satu ini, tentang perjuangan perempuan untuk menemukan kembali dirinya sendiri dan kebahagiaannya, dr Cha.
Sinopsis dr Cha
Drama: Doctor Cha
Revised romanization: Dr. Chajungsook
Hangul: 닥터 차정숙
Director: Kim Dae-Jin
Writer: Jung Yeo-Rang
Network: JTBC
Episodes: 16
Release Date: April 15 – June 4, 2023
Runtime: Saturday & Sunday 22:30
Language: Korean
Country: South Korea
Cha Jeong Suk (Uhm Jung Hwa) adalah seorang ibu rumah tangga, istri, dan juga dokter. Namun, setelah menikah, hamil, dan melahirkan, Jeong Suk lebih memilih untuk fokus menjadi ibu rumah tangga dan mengubur cita-citanya untuk berpraktik sebagai dokter.
Ia tulus mengabdi sebagai ibu dan istri yang baik hingga suatu hari ia sakit gagal liver dan butuh pendonor untuk transplantasi. Satu-satunya pendonor yang cocok yaitu suaminya, Seo In Ho (Kim Byung Chul), justru keberatan mendonorkan livernya dan ibu mertuanya pun melarangnya. Untungnya, nyawa Jeong Suk sempat tertolong karena ada pendonor lain di detik-detik terakhir.
Setelah sembuh dari sakit, Cha Jeong Suk sadar bahwa betapa dia menomorsatukan suami dan keluarganya tapi justru ia dianggap tidak seistimewa itu di mata mereka. Dari situlah, ia bertekad untuk meneruskan cita-citanya sebagai dokter dan menemukan kebahagiannya sendiri. Ia kembali memulai kegiatannya sebagai residen setelah 20 tahun tidak berpraktik.
Memulai kembali hal yang sudah lama ditinggalkan bukanlah hal yang mudah apalagi di usia hampir 50 tahun. Ia harus berelasi dengan banyak dokter muda yang enerjik, update ilmu kedokteran, membiasakan lagi menangani pasien, menjaga kesehatannya yang tidak boleh luput setelah transplantasi, dan beradaptasi dengan jadwal residen yang gila-gilaan. Belum lagi dia harus satu departemen dengan anak dan suaminya yang mengharuskannya berpura-pura tidak mengenal mereka.
Di saat menjalani residennya, Cha Jeong Suk bertemu kembali dengan dr Roy Kim, dokter yang menolongnya saat gagal liver dan mendorongnya untuk berpraktik kembali. Selain itu, dia juga mengetahui kenyataan mengejutkan bahwa Choi Seung Hee, mantan pacar suaminya, berpraktik di rumah sakit yang sama dengan suaminya dan menjadi profesor di departmen di mana Jeong Suk ditugaskan.
Masuk kembali di dunia kedokteran dan berkecimpung di dunia rumah sakit ternyata membawa banyak pengalaman baru bagi Cha Jeong Suk. Banyak pula hal tak terduga yang sebelumnya belum pernah diketahuinya terkuak saat ia menjadi residen. Hal-hal itu pula yang mengubah garis hidup Cha Jeong Suk drastis termasuk kehidupan pernikahannya. Lalu mampukah Cha Jeong Suk bertahan di tengah banyaknya kesulitan saat ia menjalani kehidupannya sebagai residen?
Bertema Berat yang Dikemas Menjadi Komedi
Sejujurnya, aku nggak pernah berekspektasi dengan drakor ini. Selain karena pemainnya senior, sinopsis awalnya juga nggak cukup menarik buatku. Hingga akhirnya drama ini booming dan memiliki rating tinggi lama-kelamaan aku jadi penasaran. Seliweran tentang tema dan spoiler-nya yang bertebaran di mana-mana lalu bikin aku ciut buat menonton. Bukan, bukan aku ada trauma dengan perselingkuhan tapi trigger-nya justru cerita tentang ibu dan kehilangan diri sendiri.
Nggak tahan akutu kalau ceritanya soal ibu dan kehidupan pernikahan. Apa yang dialami Cha Jeong Suk, kehilangan jati diri sebagai dirinya sendiri benar-benar aku alami. Kalau Cha Jeong Suk menyadarinya setelah 20 tahun, aku mungkin udah menyadari sejak anakku masuk usia balita.
Rasa lelah, berkorban banyak hal, tidak punya sandaran, kaget karena kehilangan kehidupan sebelum jadi ibu, pernah aku alami. Itulah kenapa kehidupan perempuan setelah jadi ibu dan istri begitu berat. Ini pula yang diceritakan dalam drama dr. Cha ini. Bedanya, Cha Jeong Suk saking tulusnya mengabdi nggak merasakan itu hingga akhirnya ada satu titik balik di hidupnya yang membukakan matanya yaitu saat sakit.
Selain masalah jati diri perempuan yang hilang setelah menikah, ada pula cerita perselingkuhan yang jadi bumbunya. Kalau diamati perselingkuhannya bahkan bikin ngenes banget karena sampai punya anak usia gadis tapi semuanya tertutupi oleh komedi yang ada di dalamnya.
Walaupun begitu, ada part-part komedinya yang menurutku cringe. Untungnya nggak cukup mengganggu ceritanya sih. Kayak adegan para dokter yang berantem di UGD, sumpah lah itu cringe abis dan nggak penting menurutku. Apalagi melibatkan dr. Roy Kim yang nyata-nyata digambarkan karakternya pintar dan tenang. Trus beberapa kali adegan berantem antara kepala departemen bedah dan kedokteran keluarga itu kayak yang nggak perlu aja gitu.
Karakter utama drama, Cha Jeong Suk, digambarkan sebagai sosok perempuan yang tulus dan lurus banget dalam memaknai kehidupan keluarga. Ia digambarkan sebagai IRT berusia 40-an yang mengabdi penuh untuk keluarga sehingga jadi nggak terurus tubuhnya. Teman dr. Cha yang dokter kecantikan, Baek Mee Hee bilang bahwa karena nggak perawatan sampai-sampai udah muncul kerutan di wajah Cha Jeong Suk.
But, menurutku dr. Cha di sini yang diperankan oleh Uhm Jung Hwa justru terlihat sangat perawatan banget wajahnya. Glowing dan tanpa kerutan. Mungkin ya karena memang aslinya Uhm Jung Hwa emang artis yang pasti perawatannya kenceng banget. Jadi agak kurang tepat kalau figur wajah Uhm Jung Hwa dikatakan sebagai perempuan yang nggak mengurus diri sendiri karena walaupun di zoom, wajahnya nyaris nggak ada kerutan.
Nggak bermaksud body shaming juga, hanya aja aku kurang suka kalau terlalu banyak zoom in di muka dr. Cha. Iya aku tahu, ini namanya the power of kecantikan tapi filler bibir dan wajah Uhm Jung Hwa yang kelihatan banget perawatannya bikin aku keganggu. Apalagi dagunya yang kelihatan kurang natural.
But, aku suka aktingnya. Sosok keibuannya keluar banget di drama ini walaupun di kehidupan asli dia belum menikah dan punya anak. Hanya saja aku malah kurang suka potongan rambutnya pas pendek dan jadi residen, justru kelihatan tua wajahnya dan nggak fresh.
Seo In Ho yang juga suami dr. Cha adalah male lead dalam drama ini. Sebagai male lead, sosok Seo In Ho ini adalah laki-laki yang supeerrrr red flag. Amit-amit deh ketemu sama tipikal lelaki kek gini di kehidupan nyata. Yang kek gini kok bisa dipertahanin lama sama dr. Cha tuh opo pertimbangannya?
Dalam hal harta, Seo In Ho mengingatkanku sama kasus artis Arie Wibowo. Semua harta yang ia punya adalah miliknya dan atas namanya. Istrinya hanya dikasih kartu kredit dengan limit tertentu untuk berbelanja. Belum lagi, dalam pernikahan dia cuma sekali ngasih barang berharga, itu pun setelah kepergok dicurigai sama dr. Cha dan belinya pun secara kredit. Amit-amit.
Dalam hal percintaan, Seo In Ho mengingatkanku sama Hotman Paris yang ketika ditanya ‘Boleh nggak istrinya dekat sama brondong’ dan dia jawab’ Nggak boleh, gue bunuh ntar brondongnya’.
Nah, begitulah Seo In Ho ke dr. Cha ketika dipepet terus sama dr. Roy. Giliran istrinya ada yang deketin dia cemburu buta. Kemarin-kemarin kemana aja sama selingkuhan? Huh! Sampai-sampai istrinya pingsan, masuk UGD, dan divonis gagal liver eh dia malah ena-ena sama selingkuhannya di Paris. Hueekk!
Selain pedit dan tukang selingkuh, Seo In Ho ini juga anak manja. Apa-apa minta backing emaknya mentang-mentang anak satu-satunya. Orangnya kek yang grasak-grusuk dan kurang pertimbangan. Apalagi perlakuan ke pasien juga nggak bikin nyaman karena sering terburu-buru. Dan dia juga seorang profesor tapi nggak meyakinkan karena masang selang dada aja udah lupa caranya. Eh, apa jangan-jangan profesor di Indonesia juga kek gini? Coba yang dokter kasih komentarnya.
Lihat pribadinya yang kek gini agak aneh ketika sosoknya juga dibangun jadi seorang dokter bertangan dingin di rumah sakit karena biasanya dokter bertangan dingin khususnya dokter bedah adalah tipikal orang yang smart, mandiri, penuh pertimbangan, dan bijak dengan pilihan termasuk dalam menyikapi kehidupannya. Apalagi sosoknya berakhir jadi direktur rumah sakit, nggak cocok blass kalau dilihat karakteristiknya.
Ini adalah kali ke sekian aku lihat akting Kim Byung Chul di drakor. Beliau ini keknya selalu muncul di drakor-drakor hits ya? Yang paling membekas ya perannya sebagai bapak piramida di Sky Castle. Walaupun nyebelin, tapi setelan mukanya itu lucu. Jadi ya semisal jadi vilain, dah pengen ketawa duluan. Selain lucu, default mukanya nih kayak muka orang nggak kompatibel di bidang yang serius kayak kedokteran. Jadi, agak aneh kalau dia di sini digambarkan jadi dokter yang pintar dan bertangan dingin.
Choi Seung Hee bisa disebut pelakor baik hati. Lha gimana, di drakor lain biasanya sosok pelakor identik dengan hati mak lampir, tapi beda dengan Seung Hee. Ia masih punya hati nurani sehingga mau benci sama karakternya juga nggak bisa.
Choi Seung Hee digambarkan sebagai sosok alpha female. Dia cantik, pintar, dari keluarga kaya, mandiri, punya jenjang karir tinggi, dan mampu membesarkan anak sendirian. Sehingga terlihat aneh jika sosoknya sebagai alpha female ini sangat ketergantungan sama pria dan prianya itu suami orang. Agak kontradiktif aja gitu.
Default muka Myung Se Bin yang adem jauh dari muka-muka antagonis membuat sosok Choi Seung Hee nggak cocok buatku kalau dikatakan sebagai villain. Kalau marah nggak ada tegang-tegangnya. Walaupun begitu, aku suka banget sama style dia di drama ini. Walaupun ibuk-ibuk tapi dia modis banget dengan masih pakai setelan lucu-lucu ke kantor. Ada yang merhatiin juga style-nya Choi Seung Hee nggak?
Dr Roy Kim adalah cokiber alias cowok kita bersama, yang sosoknya tuh lovable, gampang mengambil hati pemirsa, tapi nasibnya jadi sad boy. Ganteng banget, body bagus, pintar, tajir, baik hati, bijak, lulusan luar negeri, dan bertangan dingin adalah sosok yang sempurna yang kayaknya cuma ada di drakor deh. Karakter dr. Roy dibuat sebagai antitesis Seo In Ho nih keknya.
Tapi penggambaran sosoknya jadi dragging banget ketika berhadapan sama Seo In Ho. Dia jadi ikutan cringe dan childish kayak Seo In Ho, sampai ikutan gelut di UGD sama kepala departemen. Dia juga pelukan sama Seo In Ho pas dr. Cha selamat saat jatuh dari gedung. Pas adegan ini, kek yang apaan sih? Beda banget sama karakternya. Kecuali dari awal nih dokter ada humoris-humorisnya dikit kek Lee Ik Jun di Hospital Playlist baru bisa dimaklumi. Tapi ini kan nggak.
Yang bilang dr. Roy sosok idaman siapa? Bagiku dia juga sama aja red flag. Apalagi kalau bukan suka sama istri orang. Dr. Cha dipepet terus padahal dr. Cha-nya juga nggak merespon tindakannya secara berlebihan. Ditambah lagi, dr. Roy tahu dan sebal sama selingkuhnya Seo In Ho, tapi ini mepet-mepet terus ke istri orang. Segala pakai dipeluk di depan umum juga.
Btw Min Woo Hyuk ini manis banget ya. Nggak nyangka lho di dunia nyata dia doank yang udah menikah dan punya anak sementara yang lain belum. Tapi di drama, ceritanya dia sendiri yang masih bujang sementara yang lain udah pada punya buntut.
Walaupun ganteng tapi merivalkan dr. Roy dan dr. Seo di drama ini agaknya kurang apple to apple bagiku. Nggak usah bahas masalah fisik yang tentunya udah beda banget, soal usia dan karakter aja kalau sebagai perempuan yang harus milih sambil merem aku pilih dr. Roy. Dr. Roy royal, sementara dr. Seo pelit. Dr. Roy masih muda, dr. Seo diceritakan dah berumur. Dr. Roy tulus mencintai, dr. Seo tukang selingkuh. Benar-benar berkebalikan.
Makanya nggak heran kalau banyak pihak yang pengen dr. Cha berakhir dengan dr. Roy dan justru kecewa dengan ending yang sudah disuguhkan. Kalau dilihat posisinya pun, male lead tetap jadi posisi Seo In Ho. Sementara dr. Roy hanya sebagai pemanis cerita.
Heiiii!! Anda-anda coba resapi lebih dalam. Cerita ini adalah bukan siapa memilih siapa tapi lebih ke perjalanan seorang perempuan dan ibu yang mencari kembali kebahagiaan dan jati dirinya yang hilang. Jadi bukan cuma cinta-cintaan, thok!
Aku cukup puas banget kok dengan endingnya. Cukup, nggak berlebihan dan nggak kurang. Memang agak too good to be true sih kalau di dunia nyata tapi ya banyak kok buktinya pasangan bercerai yang pisah karena orang ketiga pada akhirnya menjalankan co parenting dan saling memaafkan satu sama lain demi anak.
Kalau ada yang bilang, dramanya mengglorifikasi perselingkuhan karena Seo In Ho dan Choi Seung Hee nggak dapat karma, heiii kalian pikir ini sinetron TV ikan terbang yang di akhir mereka terkena azab mati di cor-coran? Bukan kek gitu konsepnya.
Di drama ini semua tuh kena karma. Dr. Cha yang merebut pacar orang udah kena karma diselingkuhi. Choi Seung Hee yang selingkuh sama suami orang udah kena karma nggak dapat siapa-siapa dan tetap menyandang beratnya sebagai ibu tunggal. Seo In Ho yang tukang selingkuh harus menanggung pedihnya hidup kesepian di hari tua di mana seharusnya ketika jadi dirut semua hal bisa dirayakan sama keluarganya, tapi ini nggak. Hidup kesepian itu nggak enak, lho! Apalagi di masa tua dan seumur hidupnya biasa dilayani.
Selain karakter di atas, ada juga beberapa karakter yang mencuri atensi di drama ini. Yang paling nyebelin dah pasti mertua dr. Cha, Kwak Ae Shim. Dia adalah definisi mertua lucknut yang mana ‘menantu perempuan dibabukan’ bener sama dia. Ciri khas ibu-ibu Asia dan ibu-ibu Indonesia yang sering menganggap menantu perempuan bukan bagian dari keluarga alias orang asing dan harus mau dikasih tugas ini itu pas udah dinikahi karena cuma suaminya yang kerja. Mertua yang cuma menghargai berapa duit yang dipunya menantunya padahal dia ngapa-ngapain juga nggak becus.
Selain karakter mertua dr. Cha, ada pula karakter anak-anak dan juga (calon) mantunya. Salutnya aku dari drama ini tuh bikin karakter anak yang dewasa melihat dan menyikapi masalah orang tuanya, khususnya dr. Cha. Yah walaupun ada konflik-konflik di awal tapi bukan itu justru masalah yang biasanya jadi pemicu anak menjadi rebel. Perceraian orang tua lah justru yang biasanya bikin anak jadi berubah drastis karakternya. Tapi di sini, nggak. Even itu untuk Seo I Rang.
Padahal Seo I Rang di sini adalah seorang remaja yang mana biasanya kalau ortunya cerai jadi hilang arah. Apalagi ini biasa dibesarkan di keluarga harmonis trus lihat bapaknya selingkuh. Wuahhh kalau di kehidupan nyata ini mah akan jadi inner child yang tak kunjung sembuh. Tapi di sini nggak.
I Rang diceritakan tetap jadi pribadi yang nggak neko-neko. Kalau soal penurunan prestasi belajar itu sih lumrah ya. Dengan dia nggak kabur, bikin masalah di sekolah, mabuk, bolos, bikin kekacauan, mental breakdown atau apapun itu bikin stereotipe anak broken home dari orang tua yang selingkuh jadi terpatahkan. Kalau buat Seo Jung Min mah nggak usah ditanya lah ya, dia udah cukup besar dalam segi usia dan aku anggap sudah bisa berpikir lebih bijak dalam menyikapi masalah.
Pun dengan Choi Eun Seo yang jadi anak di luar pernikahan dan hasil hubungan terlarang. Eun Seo tumbuh jadi pribadi yang walaupun judes dan sedikit pemarah tapi toh dia digambarkan tetap berprestasi serta nggak neko-neko. Ya balik lagi, mungkin emang inti dramanya hanya mau fokus sama gimana dr. Cha menemukan kembali diri dan kebahagiaannya. Tanpa harus melebar ke soal efek perceraian pada anak.
Last but not least, ini drama yang cukup enjoyable untuk ditonton. Ceritanya ringan tapi pesan yang ingin disampaikan dalam khususnya untuk perempuan. Silakan kalian nonton dan kurekomendasikan banget khususnya buat para ibu yang sedang kehilangan dirinya sendiri.
Karena pada akhirnya yang harus diutamakan adalah kebahagiaan diri sendiri. Apa artinya berkorban jika akhirnya diri sendiri yang harus babak belur. Kejar kebahagiaanmu sendiri, tak peduli usia dan peran yang sedang dijalankan. Itulah kira-kira pesan yang ingin disampaikan drama ini untuk para penontonnya.