Aku pernah ikut kuliah umum seorang professor komunikasi sewaktu sekolah. Kalau nggak salah ingat, beliau bilang salah satu kunci sukses komunikasi adalah kuantitas. Lalu dianalogikan dengan kunci sukses sebuah hubungan percintaan ya kuantitas pertemuan. Makanya beliau menjelaskan, jangan percaya kalau ada yang bilang dengan pertemuan yang sesekali atau LDR yang penting kualitas komunikasi saat bertemu. Lhaa gimana mau berkualitas, kalau kuantitasnya aja kurang.
Simpelnya, sang profesor bilang, gimana mau menciptakan hubungan yang baik dan berkualitas kalau waktu bicara, komunikasi, dan tatap muka saja sedikit. Kuantitas dulu, baru tercipta kualitas. Kita nggak tahu, selain waktu itu dia pakai buat apa saja. Begicuuu. Itu kira-kira sari-sari kuliah umum yang kutangkap dan masih kuingat sampai sekarang. Dan kuliah umum ini terjadi di tahun 2006-an dimana saat itu belum umum komunikasi menggunakan aplikasi messanger atau video call.
Kalau direfleksikan ke masa sekarang, apa yang dikatakan si prof ada setuju ada nggaknya juga sih. Karena sekarang kan teknologi udah maju banget, komunikasi jarak jauh bisa dengan apapun. Paling kesenjangannya cuma waktu. Tapi ya ada benarnya juga, karena jarak jauh jadi kita nggak tahu apa yang dilakukan pasangan saat off cam. ‘Dunia on cam’ sangat bisa diatur sama halnya dengan citra di social media. Tapi ya nggak mesti juga yang LDR lawan cheating. Orang yang udah disanding dekat kadang malah pakai simbol-simbol pengikat kayak cincin aja masih bisa selingkuh kok. Ye nggak?
[irp posts=”74″ name=”Before We Get Married, Lika-Liku Cinta sebelum Pernikahan”]
Bicara soal selingkuh, film yang satu ini juga mengangkat tema selingkuh yang menurutku bisa jadi diambil dari realita kehidupan percintaan kaum muda di perkotaan, Sweet & Sour.
Sinopsis Sweet & Sour
Movie: Sweet & Sour
Revised romanization: Saekomdalkom
Hangul: 새콤달콤
Director: Lee Gye-Byeok
Writer: Kurumi Inui (novel), Lee Gye-Byeok, Sung Da-Som
Cinematographer: Park Young-Joon
Release Date: June 4, 2021
Runtime: 102 min.
Distributor: Netflix
Jeong Da Eun (Chae Soo Bin) merupakan seorang perawat bangsal yang kerja dengan sistem shift. Pekerjaannya sangat melelahkan apalagi ia sering masuk shift malam. Di tengah pekerjaan yang sangat melelahkan, dia bertemu pasien Lee Jang Hyeok (Lee Woo Je) yang menderita penyakit kuning. Karena keramahannya, Jang Hyeok terpesona dengan Da Eun. Mereka menjadi akrab dan diam-diam Jang Hyeok suka dengan Da Eun.
Setelah keluar dari RS, Jang Hyeok putus kontak dengan Da Eun. Namun dengan gigihnya, Jang Hyeok mencari nomer Da Eun sampai nekat mencari di komputer pos perawat jaga. Karena gigih, Jang Hyeok pun bisa menemukan nomer Da Eun. Hubungan mereka kemudian terjalin menjadi lebih dekat dari hari ke Hari. Hyeok pun jadi sering menginap di rumah Da Eun hingga akhirnya Da Eun membelikan Hyeok sepatu baru dan mengajaknya liburan ke Jeju saat Natal. Hyeok yang kegirangan pun berjanji akan menguruskan badan demi Da Eun.
Kemudian adegan beralih ke Jang Hyeok (Jang Ki Yong) yang sedang berolahraga lari dengan sepatu yang diberi oleh Da Eun. Jang Hyeok sehari-hari bekerja di perusahaan arsitektur ini juga tiba-tiba dipindahtugaskan ke kantor yang lebih besar di Seoul. Saat masuk ke kantor baru, ia bertemu dengan sesama pegawai kontrak baru, Han Bo Yeong (Krystal Jung).
Karena pegawai baru dan masih berstatus kontrak, Jang Hyeok dan Bo Yeong selalu diberi pekerjaan lebih banyak dari pegawai lainnya. Mereka juga sampai lembur buat mengerjakan proyek-proyek baru. Nggak jarang, Bo Young sampai nggak tidur berhari-hari dan menginap di kantor. Sedangkan Hyeok yang harus pulang pergi Seoul-Incheon merasa sangat lelah karena setiap hari harus pergi pagi, pulang malam, dan menghadapi kemacetan jalanan. Hal ini membuat hubungan Hyeok dan Da Eun menjadi renggang karena masing-masing sibuk dengan pekerjaannya.
Hyeok yang menghabiskan banyak waktunya di kantor pun lambat laun menjadi peduli dan menaruh rasa suka pada Bo Yeong. Ia bahkan sampai berbohong beberapa kali terhadap Da Eun. Relasinya dengan Da Eun juga merenggang karena waktu bertemu yang sebentar. Sementara itu, di tengah kesibukannya Da Eun tiba-tiba mengaku pada Hyeok kalau dia hamil. Hyeok bukan cuma kaget, dia bahkan belum siap buat punya anak.
Lambat laun, Hyeok dan Bo Yeong makin lengket. Sementara Da Eun dan Hyeok makin merenggang. Da Eun merasa Hyeok berubah, sementara Hyeok merasa Da Eun nggak mengerti dia. Lalu bagaimana selanjutnya relasi mereka? Apakah hubungan mereka bisa bertahan di tengah kesibukan dan kesalahpahaman?
Review Sweet & Sour
Banyak yang bilang ending film ini membagongkan, buatku sih nggak karena sudah sering dengar katanya endingnya plot twist banget jadi aku set ekspektasi serendah mungkin buat film ini. Padahal aku udah merem alias nggak buka spoiler endingnya, cuma udah nggak kaget ketika memang plot twist-nya banget-banget.
Oh ya btw, review kali ini akan banyak spoiler ya. Jadi kalau kalian yang nggak suka spoiler, silakan skip aja.
Alur cerita Sweet & Sour ini campuran, maju dan mundur. Karena sudah sering dengar tentang endingnya yang katanya nge-prank banget, aku jadi sedikit jeli. Kuncinya adalah ada pada model rambut Da Eun.
Tema cerita film ini memang nggak wah atau beda yang lain. Tetapi temanya cukup realistis dan pasti banyak orang yang pernah mengalami hal serupa. Pacaran, masih sama-sama meniti karir, LDR, dan akhirnya saling sibuk sendiri. Apalagi kalau keduanya di bidang yang berbeda. Alhasil pas ketemu pun ngobrolnya nggak nyambung. Yang ada saling mengeluh dan mengklaim pekerjaan masing-masing yang paling melelahkan. Mau ngomongin kerjaan kok ya satu sama lain nggak ngerti apa yang diomongin. Aku sih sampai tahap ini relate banget.
[irp posts=”102″ name=”You are My Hero, Kisah Cinta Pekerja Kemanusiaan”]
Film ini mengingatkanku sama masa-masa pacaran dan awal nikah dengan suami yang berbeda profesi. Aku yang jurnalis dan suami yang programmer. Aku yang nggak kenal tanggal merah dan suami yang bisa saja kerja overtime dan bisa dipanggil kapan saja buat masalah kerjaan karena kerusakan bisa terjadi bahkan saat tengah malam. Pas ketemu, kami sama-sama lelah. Pas aku ngomongin politik, dia nggak ngerti. Pas dia ngomongin dunia digital, akunya gaptek. Ya emang begitu. Kayak Da Eun yang kerjanya di bidang kesehatan sementara Hyeok di bidang desain.
Ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan ini bikin orang akhirnya cari suasana baru. Pasangan dianggap nggak mengerti dunianya, lalu ketika ketemu seseorang baru di tempat kerja dan ‘nyambung’, nggak jarang ada benih-benih kagum trus suka tumbuh. Di sekitarku banyak yang akhirnya gini. Witing tresno jalaran soko kulino kalau kata orang Jawa. Akhirnya punya affair di kantor yang berawal dari terlalu sering bersama. Sesuai dengan judulnya juga kan, Sweet & Sour. Sisi sweet ada di awal-awal hubungan, seiring berjalannya waktu baru sour. Atau bisa jadi, ketika bersama pasangan yang sesungguhnya dan hubungan sudah mulai toxic dan menyesakkan, di situlah sisi asam/sour-nya. Namun ketika bertemu orang baru yang dianggap mengerti, semuanya akan terasa manis.
[irp posts=”326″ name=”Perfect and Casual, Kisah Klasik Asyik Nikah Kontrak”]
Tapi bagaimanapun juga, aku orang yang sangat nggak setuju dengan perselingkuhan. Seenggak nyamannnya suatu hubungan, tetap kudu diakhiri dulu kalau memang pengen cari orang baru. Jangan ‘lari’ ke pihak lain saat hubungan masih belum ada kata putus.
Well, dari film ini juga aku tahu gimana kerasnya dunia kerja di Korea Selatan yang sepertinya sekarang di kota besar kayak Jakarta pun vibe-nya hampir sama. Sistem kerja shifting yang menggila bagi anak baru/junior, kerjaan yang nggak ada habisnya bahkan sampai dibelain lembur, pegawai kontrak kerja lebih berat, dan bahkan macetnya jalanan bikin pengen ngelus dada. Hampir sama kok kayak di Jakarta.
Hanya saja, karena film ini berpotensi akan ditonton banyak remaja (karena artisnya, Jang Ki Yong, lagi naik daun berkat My Roomate is a Gumiho), akan rawan bias khususnya di gaya hidup. Di Korsel, pacaran dan tinggal seatap saat belum menikah jadi sesuatu yang biasa. Sementara di Indonesia masih tabu. Ini yang perlu diwaspadai karena takutnya gaya hidup yang dianut di film akan diadopsi ke dunia nyata di Indonesia.
Apalagi si Da Eun kan sempat hamil dan ketika dia ke dokter kandungan bersama dengan Hyeok, aku kok mengartikan mereka menggugurkan kandungan. Soalnya Hyeok kan belum siap punya anak dan setelah itu Da Eun kesakitan serta gloomy. Tolong ya untuk adik-adik yang nonton film ini, di bagian yang ini BIG NO NO ya. Sayangi dan hargai dirimu dengan tidak melakukan seks bebas sebelum menikah karena efeknya selain nggak bagus dari sisi kesehatan, merasa bersalah seumur hidup, juga bisa kehilangan kepercayaan dan apresiasi terhadap diri sendiri. Ruwet lah intinya.
Buat endingnya, karena ekspektasiku ke film ini nggak tinggi jadi aku nggak begitu kaget sih sama endingnya. Pernah nemuin juga ending yang mirip-mirip dengan film ini tapi aku lupa, ntah di film apa. Nanti kalau ingat, aku update lagi.
Trus kalau soal akting, ini juga kali pertamaku nonton aktingnya Krystal Jung, Chae Soo Bin, dan Jang Ki Yong jadi aku nggak bisa komen banyak walaupun artikel-artikel Korea pada bilang akting Jang Ki Yong flat dan selalu sama dari satu karakter ke karakter lain.
So far film ini cukup bagus buat hiburan di masa pandemi walaupun ada beberapa bagian yang membosankan.
Selamat menonton, ya!