Mengagumi Hubungan yang Dewasa di You are My Glory

Mengagumi Hubungan yang Dewasa di You are My Glory

Kalau mau kaya, jangan jadi wartawan

Itu pameo yang sering banget aku dengar de depan orang yang mau menekuni dunia jurnalistik atau sekadar tanya “Gaji wartawan/reporter itu berapa sih?”

Wartawan atau reporter adalah sebuah pekerjaan yang prestise. Beberapa superhero kayak Superman aja digambarkan memiliki pekerjaan sebagai wartawan. Belum lagi berapa banyak film atau drama yang menceritakan betapa heroiknya pekerjaan ini. Para wartawan bisa duduk bersama dengan presiden, naik pesawat kepresidenan, menjadi saksi dari peristiwa bersejarah, atau dielukan bagai pahlawan karena berhasil masuk dan memberitakan situasi bencana paling awal.

Tapi tahukah kalian, saat aku masih kerja jadi wartawan banyak rekan kerja yang menyerah di tengah jalan, memilih putar haluan buat menekuni dunia lain dengan alasan uang? Yap, walaupun profesinya heroik dan prestisius, gaji wartawan di Indonesia itu terhitung kecil. Terkadang malah nggak sebanding dengan pekerjaannya.

Duduk semeja dengan orang penting, keluar masuk venue megah, jadi pihak yang pertama mencoba sesuatu yang baru, makan enak dan jalan-jalan terus tapi semua itu karena profesi atau pekerjaan. Karena kalau pakai gaji sendiri pun, semua itu akan sulit dilakukan kecuali kamu wartawan sekelas Najwa Shihab atau Karni Ilyas.

Makanya, aku sedih banget ketika harus melepaskan pekerjaan impianku sejak dulu dan banting setir jadi penulis di dunia digital. Semata-mata karena uang yang dihasilkan nggak sebanding dengan lelahnya badan dan pikiran. Karena terkadang, passion dan cita-cita dalam hidup selalu berbenturan dengan materi. Kayak tokoh di drama yang satu ini, You are My Glory.

Sinopsis You are My Glory

Drama: You Are My Glory
Native Title: 你是我的荣耀
Also Known As: You’re My Glory , Ni Shi Wo De Rong Yao
Screenwriter: Gu Man
Director: Wang Zhi
Genres: Comedy, Romance, Life, Youth
Country: China
Episodes: 32
Aired: Jul 26, 2021 – Aug 16, 2021
Aired On: Monday, Tuesday, Wednesday
Original Network: Tencent Video
Duration: 35 min.

Yu Tu (Yang Yang) adalah seorang insinyur antariksa yang tengah galau. Dia sedang di ambang pengen resign dan banting setir ke dunia keuangan dengan bekerja di bank investasi semata-mata karena gaji insinyur antariksa kecil dan nggak mengantarkannya ke dalam kesuksesan yang jadi standar sosial masyarakat yaitu kaya.

Dari muda, ia sudah memendam cita-cita ingin bekerja di dunia antariksa dan jadi ilmuwan yang hebat. Saking pengennya masuk ke dunia antariksa, dia sampai bela-belain kuliah double degree, di jurusan keuangan karena disuruh ibunya dan jurusan antariksa karena passionnya. Buat Yu Tu, kuliah 2 jurusan di universitas favorit di China nggak masalah karena dari sekolah pun otaknya sudah pintar dan selalu jadi juara umum. Selain pintar matematika dan fisika, Yu Tu ternyata juga jago main game.

Qiao Jing Jing (Dilraba Dilmurat) adalah aktris yang sedang naik daun dan tahun lalu meraih penghargaan aktris terbaik berkat drama yang dibintanginya. Jing Jing hidup di tengah gelimangan harta dunia hiburan karena berhasil membintangi banyak drama dan film serta menjadi brand ambassador untuk berbagai brand. Salah satunya adalah menjadi BA untuk game Honor of Kings.

[irp posts=”546″ name=”The Day of Becoming You, ketika Superstar Bertukar Jiwa”]

Baik Yu Tu dan Jing Jing, mereka adalah teman sekolah. Dari SMA, Jing Jing sudah suka dan pernah menyatakan cintanya sama Yu Tu. Sayangnya, Yu Tu menolak Jing Jing dengan alasan dia masih ingin mengejar cita-citanya untuk menggapai lautan bintang alias dunia antariksa.

Suatu hari, ada video Jing Jing yang sedang kepayahan main Honor of Kings dan berkali-kali kalah. Sebagai BA Honor of Kings, peristiwa ini amatlah memalukan. Untuk mengklarifikasi dan membungkam berita buruk itu, pihak Honor of Kings meminta Jing Jing berpartisipasi untuk ikut pertandingan dalam Liga Super bersama pemain profesional sebulan lagi. Jing Jing dan timnya yang menyanggupi pun menyusun strategi latihan untuknya.

Walaupun berkali-kali latihan menggunakan akun keduanya, Jing Jing sering sekali kalah. Sampai akhirnya dia berselancar di game dan menemukan akun Yu Tu yang ternyata benar Yu Tu teman SMA-nya dulu. Yu Tu sudah mencapai level tinggi dalam game. Tahu itu Yu Tu, Jing Jing masuk dalam tim dengan nama samaran. Selanjutnya, ia beralasan bertemu dengan Yu Tu dengan alasan pembersih debu miliknya yang juga produksi kantor Yu Tu bermasalah dan meminta Yu Tu langsung untuk memperbaikinya. Saat sampai di apartemennya, alih-alih memperbaiki pembersih debu, ia justru meminta Yu Tu untuk melatihnya bermain game. Sesaat setelah bertemu Jing Jing pun Yu Tu sadar kalau selebriti yang di depannya adalah teman SMA-nya.

Karena saat itu Yu Tu sedang cuti dan bersiap untuk resign sebagai insinyur antariksa, ia punya banyak waktu untuk melatih Jing Jing setiap hari, dari jam 9 pagi hingga 9 malam. Sering bertemu, ngobrol, dan berbagi pikiran dengan Yu Tu, membuat rasa cinta Jing Jing pada pria itu tumbuh kembali. Sayangnya, Yu Tu terlalu menutup diri dan minder dengan pekerjaannya.

Sesaat setelah pertandingan Liga Super Honor of Kings selesai dan berhasil memenangkan tim Jing Jing, ia pun menyatakan cinta pada Yu Tu. Yu Tu yang sadar Jing Jing hidup dalam mewahnya dunia hiburan, memilih menolaknya. Ia merasa rendah diri karena dirinya hanya pegawai biasa dengan penghasilan pas-pasan yang bahkan tidak bisa menempatkan orang tuanya di penginapan layak saat mereka berkunjung ke Shanghai.

Setelah peristiwa itu pun mereka akhirnya putus kontak dan menjalani profesinya masing-masing. Jing Jing kembali sibuk dengan dunia keartisannya dan Yu Tu menekuni dunia antariksa serta nggak jadi resign karena motivasi dari Jing Jing. Namun, namanya sudah punya perasaan walaupun terpisah lama mereka nggak bisa membohongi diri sendiri. Sampai saatnya mudik bersama di kampung halaman, Yu Tu menyatakan cintanya pada Jing Jing.

Jing Jing yang berpenghasilan tinggi kini berpacaran dengan Yu Tu, pria pintar yang merupakan pegawai biasa di Institut Antariksa. Dengan keadaan yang timpang ini, bisakah mereka mempertahankan hubungannya? Atau mereka justru akan menyerah pada perbedaan yang ada?

Review You are My Glory

Sebelum me-review lebih jauh soal drama ini, kesan pertama setelah menamatkan 32 episode adalah: TOLONG AKU TER-YANG YANG-YANG YANG, hahaha. Pesonanya di sini masyaallah tumpeh-tumpeh amat bwaaang.

apalagi kalau pakai kacamata gini, automeleyot hati kakak

Yuk lah, fokeus kembali…

Sebenarnya aku sudah lama download drama ini dan malas banget buat nonton karena yang ada di bayanganku adalah dramanya sepertinya overrated dan jual tampang karena visual kedua pemeran utamanya emang bagus banget. Takutnya, malah jadi kayak Nevertheless yang pemeran utamanya bening-bening banget tapi ceritanya B aja. Jadi kutunda terus mau nonton ini. Mana genrenya drama romantis yang nggak ada komedinya.

[irp posts=”533″ name=”Nevertheless, Kisah Bocah Ndableg Jatuh Cinta”]

Tapi ternyata aku salah mengira. Bolehlah ini drama kalau kusebut sebagai BEST CHINESE DRAMA ever, sepanjang yang pernah kutonton sebagai umat rebahan pandemi.

Cerita drama ini berkaitan dengan 3 hal: antariksa, games, dan hiburan. Di paruh pertama episode-episodenya kita akan disuguhi dengan drama berkonten games karena Jing Jing dan Yu Tu menjelma menjadi gamers. Jujur, sebenarnya aku nggak suka dan ngerti soal games. Jadi ketika teknis games sampai yang keluar di layar itu visual gamesnya ya kadang suka aku skip beberapa detik. Tapi ketika Jing Jing dan Yu Tu berlatih bersama main games, nggak pernah aku skip karena dari situlah chemistry mereka terbangun.

Sementara itu, paruh kedua drama ini kita akan disuguhi oleh hubungan Jing Jing-Yu Tu yang manis banget. Relationship yang digambarkan mereka itu sehat banget dan saling mendukung. Mereka jadian di episode awal 20an dan masih menyisakan 12 episode sampai akhir. Tapi sepanjang 12 episode itu, hatiku dibuat terlongsor-longsor sama bagaimana interaksi dan hubungan mereka. Nggak ada adegan cringe setelah mereka jadian. Bagaimana mereka menyesuaikan dan memahami satu sama lain terasa smooth dan enak untuk diikuti.

Sebagai tokoh utama, Yu Tu diceritakan sebagai orang yang pintar sekali dalam hal akademis, ilmuwan muda, science banget orangnya, ganteng (bahkan dipanggil kakak ganteng saat ikut pertandingan Honor of Kings), tapi rendah diri karena bergaji pas-pasan setiap hari dia kemana-mana jalan kaki, naik transportasi umum, bahkan apartemen kecil yang dibelinya pun dengan cicilan murah. Padahal Yu Tu dulu murid paling pintar di sekolah. Sementara itu, murid terpintar kedua yang juga mantan pacarnya saja sudah sukses jadi manajer.

Sosok Yu Tu jauh dari karakter tokoh utama Drama China yang biasanya digambarkan hampir semua sempurna (tampan-mapan-rupawan). Yu Tu memang tampan dan pintar, tapi kalau dibandingkan dengan dunia Jing Jing dia adalah lelaki kere, wkwk. Ya diumpamakan mungkin kalau di Indonesia adalah PNS atau pegawai biasa dengan gaji UMR. Lha bayangin aja setelah pacaran, kemana-mana aja dia bawa mobilnya Jing Jing. Makan juga biasanya mie kalau nggak cuma di kantin kantor. Apartemennya juga sederhana banget. Tapi damage-nya dia sebagai orang ganteng dan pintar emang nggak kaleng-kaleng lah.

Tapi Yu Tu adalah kita yang minder kalau lihat orang yang penghasilannya lebih besar. Yang pernah hilang arah dan mempertanyakan apakah bidang yang selama ini diinginkan akan membawanya pada kesuksesan. Yang goyah dan galau kala udah disekolahin pintar-pintar sampai juara terus tapi pas kerja kok gajinya pas-pasan dan nggak sukses menurut standar hidup masyarakat.

Qiao Jing Jing adalah artis naik daun yang terbiasa dengan kemewahan. Sebagaimana seorang artis, pribadinya ceria, pandai bergaul, dan bisa menarik hati banyak orang. Mantannya aja pengusaha kaya. Walaupun digambarkan sebagai artis yang berada di antara kemewahan, tapi Jing Jing punya hati yang tulus dan nggak selalu memandang sesuatu dari uang. Dia juga fokus berkarya dan nggak mau mengandalkan harta pasangannya.

Sebagai artis, Jing Jing jauh dari kata snob dan mata duitan. Sosoknya membawa positive vibes banget. Berkebalikan dengan drama-drama China yang biasanya hadir dengan tokoh utama perempuan yang lebih lemah, ceroboh, dan bodoh.

Jing Jing nyaris sempurna. Dia cantik, terkenal, berprestasi, bisa menghasilkan uang sendiri, berdaya, pengertian, mandiri, dan mau menurunkan gaya hidupnya demi pasangan. Tipikal yang ‘gue bisa nyari uang sendiri, kenapa harus ngandelin laki-laki. Jadi kalau mau punya pasangan ya karena cinta bukan duitnya”. Pengen banget lho aku nih bisa jadi kayak Jing Jing.

Dilraba Dilmurat emang cocok banget untuk memerankan peran Jing Jing. Kalau cantik, kayaknya hampir setiap orang yang lihat dia bahkan saat bare face pun setuju kalau artis keturunan Uyghur ini cantik. Yang bilang Dilraba jelek mungkin matanya lagi beler, wkwk. Mewah dan elegannya Jing Jing juga dapat banget. Kayaknya Jing Jing itu ya Dilraba, sama-sama artis dan papan atas pula.

Ada banyak hal yang sebenarnya bisa jadi potensi konflik klasik dari hubungan Jing Jing dan Yu Tu karena perbedaan mereka. Kayak misal pas di tengah jalan pacaran, Jing Jing menyadari bahwa Yu Tu nggak sekufu dan pura-pura membuat Yu Tu menjadi lebih high class di tengah pergaulannya. Atau di tengah pacaran ternyata Yu Tu nggak sesuai ekspektasinya, nggak bisa biayain gaya hidup mewahnya dan itu jadi konflik. Atau Yu Tu nggak bisa menyesuaikan sama gaya hidup keartisan Jing Jing dan sering cemburu kalau pacarnya ambil adegan mesra di film. Atau bisa juga juga karena keduanya sama-sama sibuk dan sering LDR bikin hubungan mereka merenggang lalu putus. Atau pas adegan mereka ketahuan paparazzi pacaran, fotonya akan bocor dan kisah cinta antara selebriti papan atas dengan pegawai biasa lalu jadi heboh dan bikin mereka putus.

Nggak. Penulis dan sutradara ngga memakai semua itu jadi potensi konflik. Justru mereka semua memakai itu semua sebagai penanda hubungan yang sehat antara Yu Tu dan Jing Jing.

Jing Jing nggak pernah mempermasalahkan gaji Yu Tu yang nggak sebesar pendapatannya karena dia sendiri pun bisa menghasilkan uang banyak dari dirinya. Dia nggak malu dengan Yu Tu yang hidup sederhana tapi justru bangga karena Yu Tu pintar, ganteng, dan sepenuh hati menekuni passionnya.

Jing Jing nggak malu tinggal di apartemen Yu Tu yang kecil, sederhana, masih kredit pula. Tapi dia justru menghargai itu sebagai kerja keras Yu Tu.

Jing Jing nggak malu punya pacar yang nggak punya kendaraan mewah. Justru dia merelakan mobilnya dipakai Yu Tu karena toh nggak kepakai sama dia yang keluar kota muluk.

Jing Jing nggak pernah cranky kalau Yu Tu dinas luar kota dan nggak balik-balik karena dia pula punya kesibukan. Pekerjaannya lebih dari itu, nggak kenal waktu dan kadang ngeblok sampai berbulan-bulan di luar kota dan di tempat yang susah sinyal.

Jing Jing si mendekati sempurna

Yu Tu juga nggak pernah melarang Jing Jing buat berkarya bahkan setelah menikah membiarkannya tetap syuting dan nggak rewel dengan adegan yang dijalani Jing Jing. Dia membebaskan Jing Jing berkarya karena itu bikin dia bahagia.

Kalau lagi ada waktu, mereka bakalan saling totalitas kayak Yu Tu yang akan antar-jemput Jing Jing atau Jing Jing yang bakal ambil libur lama lalu tinggal sama Yu Tu demi quality time mereka. Mereka berdua pasangan yang saling mendukung dan nggak mengorek kelemahan satu sama lain. Uuuww positive vibes banget lah. Senang lihatnya. Romantisnya pun pas, nggak berlebihan. Nggak ada yang bucin banget di satu pihak. Satu sama lain saling membangun relationship. Nggak ada yang berat sebelah. Pun dengan skinshipnya, sedikit tapi dalam, bermakna, dan bikin merinding.

Drama ini juga ceritanya fokus pada Jing Jing dan Yu Tu, nggak ada couple lainnya yang jadi fokus selain mereka. Selain itu, kita akan dibawa lebih dalam buat mengetahui banyak hal soal antariksa. Pun dengan games, karena provider tayangnya di We TV alias Tencent, nggak heran kalau ‘promosi’ Honor of Kings-nya pun gila-gilaan.

Layaknya manusia, drama juga nggak ada yang sempurna. Disuguhi 32 episode, ada bagian-bagian tertentu yang menurutku boring dan aku lompatin. Kayak episode-episode Yu Tu lagi kerja dan ngetes alat itu yang makan hampir 1 episode sendiri dan kadang bikin Jing Jing cuma nongol sebentar. Bagian itu aku skip-skip karena science banget. Juga dengan bagian games yang teknis banget. Karena aku bukan gamers, malah nggak ngerti sama sekali apa yang mereka omongin.

Kalau adegan yang paling aku suka tuh pas Yu Tu dipanggil ke depan sama Jing Jing buat ikutan main games di Liga Super. Duh lah, auranya tumpeh-tumpeh banget apalagi pas senyum dan jalan ke stage. Diiringi sama backsound yang pas pula. Di situ senyumnya Yu Tu bikin hati longsor dan senyum Jing Jing menggambarkan seolah dia bangga banget sama Yu Tu.

Drama ini di luar ekspektasiku banget sih. Aku suka banget chemistry Yang Yang-Reba. Nggak heran kalau mereka di-ship banyak orang. Mungkin di China ini tuh kayak Hyun Bin-Son Ye Jin kalau di Korea.

Kalian yang lagi stuck mengejar impian, pengen tahu hubungan yang sehat tuh gimana, atau pengen cari drama romantis China yang bagus, kusarankan nonton drama ini. Dijamin susah move on deh.

Kalau soal visual, dah lah memanjakan mata banget. Apalagi Yu Tu pas udah nikah trus pakai kacamata, gantengnya nambah berkali lipat.

Selamat, nggak bisa move on!

1 Comment
Previous Post
Next Post